KLIRONG - Akibat kondisi ekonomi yang memprihatinkan, warga Desa Tanggulangin, Kecamatan Klirong, Kebumen yang sebelumnya menjadi transmigran ingin kembali bertransmigrasi lagi ke luar Jawa. Sayangnya keinginan itu sulit terealisasikan akibat terbentur persyaratan yang sulit mereka penuhi.
"Dari sekitar 150 kepala keluarga (KK) yang bertahan di sini, rata-rata berminat untuk kembali bertransmigrasi akibat sulitnya penghidupan di sini. Sayangnya, hanya enam KK yang memenuhi syarat dan sudah diberangkatkan tahun lalu, sedangkan lainnya tak ada yang memenuhi syarat," ungkap Syamsul (65) mantan transmigran warga Tanggulangin saat mencetak tanah liat bahan baku batu-bata di halaman rumahnya, Kamis (22/05/2014).
Persyaratan yang sulit dipenuhi oleh warga yakni dalam hal usia. Rata-rata warga kini telah ebrusia diatas 50 tahun. Padahal persyaratan calon transmigran adalah berfisik sehat, kuat serta usia masih di bawah 50 tahun.
"Enam warga yang bisa berangkat bertransmigrasi tahun lalu adalah anak-anak warga yang memang masih muda dan dinilai cukup kuat berjuang di tanah yang baru," jelas Syamsul yang merupakan mantan transmigran dari Sampit Provinsi Kalimantan Barat yang pulang ke Jawa saat kerusuhan tahun 2002 lalu.
Bersama dengan 198 KK mantan transmigran dari Aceh, Papua dan Kalimantan, Syamsul menempati pemukiman di Tanggulangin yang dibangun dengan dana APBN 2002. Setiap KK menempati rumah di lahan seluas 196 meter pesegi.
Untuk bertahan hidup, mereka bekerja seadanya dengan membuat gula kelapa dengan sistem bagi hasil dengan pemilik pohon kelapa, buruh tani, nelayan, pembantu rumah tangga, merantau ke Jakarta dan lainnya.
Untuk bertahan hidup, mereka bekerja seadanya dengan membuat gula kelapa dengan sistem bagi hasil dengan pemilik pohon kelapa, buruh tani, nelayan, pembantu rumah tangga, merantau ke Jakarta dan lainnya.
"Mereka yang tak kuat dengan sulitnya kehidupan di sini pulang ke desa asal mereka sebelum bertransmigrasi," beber Syamsul. (Krjogja/LintasKebumen©2014)