Laman

Jumat, 24 Mei 2013

AJANG FESTIVAL, AJANG ADU MENTAL!! APA YANG HARUS DISIAPKAN???



Bukan hal baru bagi musisi-musisi yang sekarang mempunyai tempat di dunia musik Indonesia, dulunya pernah mengikuti kontes musik yang kita kenal dengan istilah Festival. Dari tingkat Kabupaten sampai tingkat Internasional. Biasanya point-point yang dinilai adalah, kekompakan, skill, stage act bahkan hingga showmanship individual yang di explore Full! Festival Musik menjadi ajang pembelajaran bermusik dan mengolah kondisi mental individual! Walau Musik untuk Festival biasanya jauh dari nilai komersil, namun ajang ini tetap harus di lestarikan sebagai pemicu dan pemacu awal yang baik bagi seorang Musisi. Dengan harapan akan muncul Musisi-musisi Indonesia yang berkualitas dan tak kalah dengan Musisi Mancanegara!!!

Kehebatan dari ajang ini adalah munculnya tuntutan kreatifitas dalam bermusik yang tak di batasi, kecuali oleh durasi waktu! Tak hanya dituntut berskill secara individual, tapi juga explore dari beragam jenis alat musik! Contohnya seperti kolaborasi musik Rock Progressive dengan Ethnic Tradisional, atau Jazz dengan Gamelan! Ini menarik, karena di luar negeri ga ada yang punya Gamelan, atau calung atau alat2 tradisional lainnya! Menjadikan explorasi bermusik jadi makin menarik!!

AJANG FESTIVAL, AJANG ADU MENTAL!!!

Selain arransemen yang menarik dan unik, hal terberat yang sering di alami player adalah beban mental. Terutama yang baru mengikutinya. Saat MC memanggil, dan di sambut dengan hiruk pikuk acara dan tepuk tangan penonton, waaaawww….keringat nya dah hampir seember tuch, hehehehehe….,

Belum lagi waktu yang minim yang disediakan Panitia untuk setting alat and tune! GUGUP!!!! itu yang terjadi!!!

Langkah-langkah berikut merupakan beberapa saran saja, bagi seorang player untuk mengurangi resiko ke tidak sempurnaan dalam penampilan, atau jatuh mental dalam sebuah kontes musik, semuanya berdasarkan pengalaman saya sendiri:

1. BERLATIH

Ini bagian awal yang penting, gunanya buat mengoptimalkan apa yang akan kita tampilkan di festival nanti. Kreatifitas menjadi hal utama, bisa dikembangakan dari mulai, chord, beat, notasi, sampai ke jenis alat musik yang digunakan. Semuanya jangan merasa dibatasi! Explore ajah! Jangan Ragu! asal jangan di gabung ma debus, bahaya tuh…. hahahahaha….

2. BERDOA

Berdoa menjadi bagian penting menjelang kontes/Festival di mulai. Sebagai bagian penyamaan niat dan keyakinan pada yang maha kuasa, supaya di berikan kelancaran, sehingga mampu menampilkan sesuatu yang terbaik!! Bahkan tradisi ini harus sudah tertanam dari awal latihan… biar kompak getoh….

3. MENYIAPKAN SIKAP MENTAL POSITIF

Sikap mental yang positif disini maksudnya adalah mengkondisikan jiwa kita untuk siap tampil percaya diri, penuh konsentrasi, tapi tetep enjoy! Tampilkan yang terbaik!! Penuh semangatttttt!!!!! Tapi jauh dari kesan sombong….,

Sikap mental positif juga meliputi kesiapan mental kita untuk menerima “KEKALAHAN”.

Prinsip yang saya pakai biasanya adalah:

“APABILA KITA MAU MENANG, HARUS SIAP KALAH, KALO KITA MAU BERHASIL, HARUS SIAP GAGAL, KALO KITA TIDAK SIAP KALAH DAN TIDAK SIAP GAGAL, JANGAN HARAP KITA AKAN PUNYA KEKUATAN UNTUK BELAJAR DARI KEGAGALAN DAN KEKALAHAN UNTUK MERAIH KEMENANGAHN DAN KEBAHAGIAAN DI MASA DATANG”

Hehehehehe…..

4. TANAMKAN JIWA SPORTOFITAS TINGGI

Siapkan sikap mental untuk MENERIMA, MENGAKUI dan BELAJAR dari kelebihan orang lain.

5. AMATI AND PELAJARI

Hadirlah dari mulai awal acara saat peserta pertama tampil. Karena banyak hal yang bisa jadi pelajaran bahkan inspirasi yang bisa kita jadikan bahan pelajaran and kajian for the next event. Amati and pelajari apa kelebihan lawan and apa kekurangan kita, jadi diharapkan mampu menjadi poin perbaikan buat band kita di masa datang.

6. IKHLAS MENERIMA KEPUTUSAN AKHIR

Saat menerima kepututsan dewan Juri, usahakan kita dalam keadaan Relax. And siapkan mental sperti di poin 3, supaya kemenangan atau pun kekalahan bisa berubah menjadi kekuatan untuk memperbaiki diri lagi di masa datang.

7. JANGAN BERHENTI BERLATIH

Ini yang paling penting! Jangan berhenti berlatih! Tetap tingkatkan kreatifitas bermusik kamu. Jadikan kegagalan atau keberhasilan yang kita dapat menjadi ramuan perangsang buat kita untuk lebih banyak belajar dan explore akan hal-hal baru yang lebih assik and unik!

AJANG FESTIVAL, AJANG ADU MENTAL!!!

Pada akhirnya Sikap Mental dan Pola pikir positif yang baik, yang menentukan siapa yang berhasil menjadi pribadi yang lebih baik, setelah mengikuti jadi peserta beberapa Kontes atau Festival yang di lalui. Bukan banyaknya piala atau piagam yang diterima. Tapi “SIKAP MENTAL POSITIF UNTUK MENERIMA, MENGAKUI DAN BELAJAR DARI KELEBIHAN ORANG LAIN”. Dengan satu kunci! tetap BELAJAR!

Demikian tulisan saya, sedikit berbagi pengalaman saya mengikuti beberapa even Festival yang saya ikuti dari tahun 1996-2004. Mudah2an menjadi inspirasi buat kita semua, dan menjadikan kita Pribadi yang ber skill, tetep rendah hati, dan tak berhenti belajar dari pengalaman. Untuk teman-teman yang pernah mengalami masa2 jaman Festival atau Kontes musik, ditunggu sharingnya di sini. Diharapkan menjadi inspirasi baru buat penulis and pembaca semua!!! Atau berbagi pengalaman lucu dan menarik saat di atas stage.

DI MATA SANG JURI

Tulisan sebelumnya melihat festival dari kaca mata peserta… maka untuk melengkapinya kali ini saya coba akan membahasnya dari kaca mata juri… (mumpung saya masih ingat… malam ini baru saja selesai menjadi juri dalam sebuah festival solo gitar, bass, dan drum)

Pertama: Pernahkah anda bayangkan bagaimana sulitnya menjadi juri? Bagai mana sulitnya juri menentukan peserta mana yang layak dijadikan sebagai juara… dengan melihat permainan seseorang atau sebuah group band… yang belum pernah dikenalnya… dan hanya dalam satu atau dua lagu… yang cuma berdurasi 3-7 menit?

Anda tentu pernah mendengar tentang seuatu perdebatan sengit antar juri dalam menentukan pemenang atau pekalah dalam sebuah festival…

Akan mudah jika kemampuan masing-masing peserta terpaut rentang yang sangat jauh… tetapi akan menjadi sulit ketika kemampuan sebagian besar peserta sangat imbang…

Coba jawab pertanyaan ini… “Mampukah anda sebagai peserta Festival menampilkan seluruh kemampuan anda dalam sepotong lagu… tanpa terlihat maruk teknik… hingga terlihat proporsional… dan nyaman dinikmati… ?”

Amat Sangat Tidak mudah….!!

Sering kali dalam sebuah festival yang telah ditentukan materinya… para peserta mengalami keterbatasan dalam menampilkan seluruh ilmunya… sehingga bagi peserta yang berada dalam satu range kemampuan menjadi sulit untuk dibedakan secara detail tingkat kemampuannya… karena hampir seluruh peserta telah terbatasi dalam materi yang telah ditentukan tadi….

Maka ketika sebagian besar peserta (termasuk anda) berada dalam satu tingkat keterampilan… maka berusahalah untuk “mencuri hati” juri. Bagaimana untuk dapat mencuri hati juri? Salah satunya adalah mengetahui Isi Hati dan Kepala Juri… apa kategori player atau band ideal menurut opini juri…

Ingat lagu rocker yang juga manusia?

bukan cuma rocker… tetapi juri juga…

yg punya opini…. punya selera… punya perasaan nyaman ketika dihormati…. dll

Namun sebelum membahas subjektifitas juri tersebut… mari coba melongok apa syarat universal agar seorang player atau sebuah band layak disebut jelek atau bagus….

(hati-hati… jangan sampai anda atau band anda termasuk dalam kategori… JELEK SAJA BELUM….. ha ha ha…)

Pertama jelas skill…. skill atau keterampilan ini merupakan salah satu prioritas ketika anda memutuskan untuk menjadi player atau membentuk band… (apa saja yang termasuk skill? akan saya tulis di artikel lain… apa yang disebut skill untuk band… skill untuk gitaris… skill untuk bassis… drumer dll…. bisa berbeda-beda)….

Ke dua adalah kreatifitas… Bagaimana anda mengarransemen atau mengimprovisasi sedemikian rupa materi tersebut, sehingga beda dari yang lain, dan tentu saja tidak berlebihan… Bagaimana memasukkan tekni-teknik terbaik anda tanpa menyebabkan juri muntah-muntah… dan lain sebagainya… Meski ini saya tulis di urutan kedua, bukan berarti ketika skill anda sangat tinggi namun kreatifitas anda jeblok anda masih bisa berharap menjadi juara… Kreatifitas ini sangat penting karena disitulah esensi seniman…

Ke tiga performance…. meskipun dalam tingkat ketiga, namun ingatlah bahwa musik dalam hal ini merupakan bagian dari seni PERTUNJUKAN…. maka apresian berharap melihat sebuah PERTUNJUKAN MUSIK yang menyenangkan… ingat juga esensi juri adalah semacam dewan perwakilan apresian… (ha ha ha… kek wakil rakyat di senayan saja ya…)… bagaimanakah seluk beluk performance ini juga akan saya tulis dalam artikel yang lain…

Menakar Kapasitas Gitaris

“Steve Vai dikatakan hebat bukan karena dia menguasai teknik-teknik hebat… tetapi karena dia mampu mengaplikasikan teknik-teknik hebat tersebut dalam sebuah karya musik yang indah.”

Apa sesungguhnya yang menjadi tolok ukur kapasitas seorang gitaris?

Apakah karena dia mampu melakukan shredding dengan super cepat?

Atau karena dia bisa melakukan gabungan sweep arpeggio rumit dalam tempo 200bpm?

Atau karena dia hafal puluhan scale dan modes di seluruh fretboard?

Atau karena dia paham ratusan teori musik tingkat tinggi?

Apa sejatinya yang membuat gitaris layak disebut sebagai gitaris hebat?

Seorang gitaris yang hebat adalah seorang musisi yang mementingkan musik, bukan seorang egois yang mementingkan teknik semata.

Seorang musisi yang hebat adalah seorang seniman yang paham substansi kesenimanan, bukan sekedar pekerja seni yang menempatkan seni semata dalam tataran pragmatis.

Esensi seniman adalah kehebatan karya. Karya tidak terbatas pada musik yang diciptakannya, namun juga kehidupan serta pemikirannya.

Seorang gitaris wajib menguasai skill (keterampilan). Bagai mana mungkin dia akan disebut sebagai gitaris jika tidak memiliki keterampilan bermain gitar. Semakin tinggi tingkat keterampilan semakin bagus. Namun itu baru dasar untuk bisa menggelari dia dengan kata “gitaris”. Belum dengan kata “hebat”.

Tataran berikutnya adalah bagaimana seseorang gitaris bisa mengaplikasikan keterampilannya tersebut kedalam karya. Persoalannya adalah bagaimana karya tersebut mampu menampilkan keterampilan-keterampilannya yang begitu banyak, tanpa menyebabkan sebuah kesenjangan antara nilai artistik karya musiknya dengan ego gitaris untuk menunjukkan keterampilannya.

Karya sendiri bisa berujud Komposisi dan/atau Improvisasi. Komposisi adalah bagaimana gitaris mampu menciptakan karya secara terencana. Sementara Improvisasi adalah bagaimana gitaris mampu menciptakan karya secara spontan.

Untuk mencapai sebuah karya yang bagus, gitaris membutuhkan beberapa elemen pendukung. Intuisi, Intelgensi, Sense of Pitch (kepekaan terhadap nada), Mood, serta Habbit.

Skill atau keterampilan adalah sekedar merupakan elemen Habbit (kebiasaan). Untuk mewujudkannya ke dalam sebuah karya membutuhkan Intuisi, Intelgensi, dan Sense of Pitch. Intuisi merupakan anugerah Tuhan yang diberikan kepada seorang gitaris untuk merasakan dan/atau menemukan nilai artistik. Tentu ini dibutuhkan dalam menciptakan sebuah karya hebat. Intelgensi merupakan bekal seorang gitaris dalam mewujudkan ide-ide yang keluar dari intuisinya. Sense of Pitch membantu keterampilan seorang gitaris dalam menyusun karya. Setelah karya jadi kemudian dimainkan dengan Mood atau emosi yang tepat.. maka jadilah sebuah karya. Sebuah karya ini yang akan diukur tingkat kehebatannya. Tolok ukur kehebatan sebuah karya berasal dari objek maupun subjek, inilah yang memunculkan penilaian objektif dan subjektif. Namun saya tidak akan membahas lebih lanjut tentang hal itu di sini.

Akhirnya… gitaris bisa dikatakan sebagai gitaris hebat, handal, ampuh, atau berpuluh kata sanjung lain adalah ketika dia berhasil mengkombinasikan antara keterampilan serta estetika secara berimbang.

CARA NGULIK AKOR

oleh : doni riwayanto

Akor, Tangga Nada, dan Hukum Relasinya yg banyak kite dengar dan gunakan saat ini… adalah sebuah sebuah formula yang tersusun selama ribuan tahun. Mulai dari teori Harmonic Seriesnya Phytagoras jaman Yunani, hingga kini mewujud pada teori yang bernama teori Tonal. teori Tonal adalah grand theory dari musik diatonis khas masyarakat barat. Salah satunya ya musik pop, rock, jazz, blues, dan lain sebagainya yang kita kenal saat ini. Tonal sesungguhnya berbicara tentang sistem grafitasi antar nada. Bagai mana nada-nada atau akor-akor tersebut saling memiliki daya tarik menarik sehingga dapat terbentuk suatu melodi maupun progresi akor yang mewujud dalam suatu lagu. Tapi kali ini saya tidak akan membahas masalah ini secara filosofis (meski seharusnya agar lebih jelas mesti di dasari dari pandangan filosofis tentang Tonalitas). Tapi agar tidak membosankan… Kali ini saya akan membahas masalah Tonal ini secara teknis:

Agar tidak membosankan.. praktis saja… saya akan membahas Tonalitas (tonality) dalam hubungannya dengan bagai mana ngulik akor dalam sebuah lagu.

Pertama:

Sesungguhnya akor-akor yang sebegitu banyaknya itu dapat digolongkan dalam dua sudut pandang:

1. Karakter (Mayor, minor, dominant, diminished, augmented)

2. Tingkat atau Fungsi (I,ii,iii,IV,V,vi,vii)

Tentang karakter.. pasti temen-temen sudah tahu… setidaknya yang dasar… mayor dan minor. Kemudian yang jarang diketahui adalah Fungsi.

Ke dua

Setiap karya musik yg mengikuti hukum Tonal tentu memiliki nada dasar yang kemudian disebut Tonik. Tonik atau nada dasar ini bisa di nada apapun: bisa C, bisa D, E, F, G, A, dan lain-lain.

Dalam setiap nada dasar akan diikuti oleh suatu hukum yang telah dipatuhi selama ribuan tahun.

Ke Tiga

Secara praktis hukum yang saya maksud adalah sebagai berikut:

Ketika sebuah lagu berada pada nada dasar C… maka dia akan menggunakan tangga nada C mayor (1[do]-2[re]-3[mi]-4[fa]-5[sol]-6[la]-7[si]-1[do]) dengan rangkaian nada C-D-E-F-G-A-B-C.

Dan rangkaian akor C, Dm, Em, F, G, Am, Bdim, C.

coba bandingkan:

tangga nada : C D E F G A B

akor : C Dm Em F G Am Bdim

Keduanya sama-sama merupakan suatu urutan. Cuma dalam akor memiliki karakter (mayor, minor, diminished). Itulah yang disebut karakter akor tadi.

Kemudian secara tingkatan atau fungsi maka kita dapati tingkatan sebagai berikut

akor : C Dm Em F G Am Bdim

tingkat/fungsi : I ii iii IV V vi vii

Antara tingkat dan karakter ini berkaitan:

Akor Tingkat I secara natural memiliki karakter mayor

Akor Tingkat ii secara natural memiliki karakter minor

Akor Tingkat iii secara natural memiliki karakter minor

Akor Tingkat IV secara natural memiliki karakter mayor

Akor Tingkat V secara natural memiliki karakter mayor

Akor Tingkat vi secara natural memiliki karakter minor

Akor Tingkat vii secara natural memiliki karakter diminished

Ke Empat

Buktikan teori ini:

dalam lagu dengan nada dasar C mayor… maka akor-akor yang akan sering digunakan adalah akor akor: C Dm Em F G Am Bdim

Buktikan dalam lagu:

Kutak bisa (slank)

Demi waktu (ungu)

Sebelum Cahaya (letto)

Cinta Ini Membunuhku (d masive)

Ketahuan (matta)

Puspa (ST12)

Yakin (Radja)

Kadang kala… akor minor seperti akor Dm, Em, dan Am, diubah menjadi mayor seperti dalam Puspa (ada akor D mayor), Ketahuan (ada akor E mayor). Hal ini sering pula terjadi dalam lagu lagunya ADA band, Element, dan lain-lain. Atau sebaliknya, Akor F mayor diubah menjadi F minor. Ini sreing terjadi dalam penghujung frase yang berakhiran akor F.

Hal itu disebut sebagai modulasi sementara… dan pergantian akor ini otomatis diikuti pula perubahan tangga nadanya.

Jika perubahan akor itu tidak hanya satu akor maka patut dicurigai lagu tersebut bepindah nada dasarnya atau modulasi penuh…

Ke Enam

Dalam nada dasar lainpun akan terjadi hal tersebut. Untuk lebih lengkapnya bisa di baca dalam buku ini

Ke Tujuh

Apa yang saya bicarakan semua itu adalah dari segi intelgensi. Tetapi musik terbentuk tidak cuma dari intelgensi tetapi: Intuisi, Intelgensi, Sense of Pitch (kepekaan terhadap nada), Mood, dan Habit, Dalam hal ini (ngulik akor) yang tak kalah penting dari pengetahuan di atas adalah sense of pitch… dan ini bisa dilatih… Latihannya gimana? itulah pentingnya Metode Belajar. 90% siswa yang belajar sama saya pada aBelajar Gitar?

Artikel ditulis oleh : Mas Pupun (Kapten) dan Mas Doni Riwayanto (Guitar Laboratory)

DAFTAR BLOG TER-UPDATE