KARANGANYAR_KEBUMEN - Silaturahim Wilayah (Silawil) Ke-7 Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang berlangsung di Hotel Candisari Karanganyar, Kebumen, mulai Jum'at (28/3), membahas format ideal setelah mengenyam Taman Pendidikan Alquran (TPQ) metode Qiraati.
Selama ini, kelanjutan dari pendidikan tersebut belum seragam. Ketua Panitia Solikhin mengatakan, untuk madrasah diniyah (Madin) masih menerapkan pembelajarah fiqih, tauhid, dan Bahasa Arab.
Ada pula TPQ Tahfidz
yang menghafal Alquran. Sebagai tindaklanjutnya akan diundang pakar dari TPQ Tahfidz dan Madin. "Kami berharap paska TPQ Qiraati juga diterapkan pendidikan Al Qur'an," katanya.
Silawil yang berlangsung hingga Minggu (30/3) itu dibuka oleh Wakil Bupati Kebumen Djuwarni. Hadir Staf Ahli Bupati, Siti Kharisah, dan Ketua Pengurus Pusat Metode Qiraatim Bunyamin Dahlan.
Wabup Djuwarni yang mewakili Bupati Buyar Winarsomengemukakan, dalam proses pengembangan pendidikan Al
Quran banyak tantangan. Kondisi tersebut muncul seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
"Kemajuan teknologi informasi memang banyak membawa manfaat dan kemudahan, tetapi juga membawa dampak negatif,"katanya.
Wabup yang membuka Silawil dengan memukul beduk itu berharap peserta Silawil dapat merumuskan solusi untuk menyikapi berbagai permasalahan dan tantangan dalam mengembangkan pendidikan Al Quran. Karena itu, generasi muda yang memahami kitabullah dengan baik itu bisa terwujud dan mampu menuntun perjalanan dalam membangun nusa, bangsa dan negara.
Kegiatan tersebut dihadiri lebih dari 150 pengurus Qiraati se Jawa Tengah dan DIY. Juga terdapat peserta dari Jawa Timur, dan Jawa Barat. Dalam Kesempatan itu, mereka berkunjung ke TPQ di Kecamatan Sempor dan menikmati wisata religi meliputi ziarah ke Makam Kiai H Ahmad Nasiha, pendiri Ponpes Salafiyah Wonoyoso. Selanjutnya peserta dikenalkan dengan objek wisata Pantai Suruk dan Jatijajar.(Kb)