"Dirjen sendiri yang ngomong langsung kepada saya, sampai Lebaran perbaikan jalan belum bisa selesai. Sebab kerusakan infrastruktur jalan di Jateng cukup parah," kata Ganjar Pranowo, Jumat (16/5/2014).
Perbaikan jalan di Pantura dan jalur selatan Jateng pada pada H-7 Lebaran belum bisa selesai, karena harus dihentikan, agar tidak menimbulkan kemacetan selama masa angkutan lebaran. Kerusakan merata di Pantura, jalur selatan bahkan hingga jalan untuk jalur evakuasi bencana alam erupsi Gunung Slamet dan Merapi.
Khususnya jalur evakuasi bencana erupsi Gunung Slamet di Kabupaten Pemalang, Purbalingga, Banyumas. dan Gunung Merapi wilayah Magelang, Klaten, Sleman dan Boyolali.
"Jalan untuk jalur evakuasi rusak parah. Berbahaya jika digunakan untuk evakuasi saat terjadi bencana," terang Gubernur.
Berdasarkan pendapat pakar, kata Ganjar, kerusakan jalan disebabkan oleh kualitas jalannya yang buruk, muatan yang berlebih pada angkutan truk yang melintas, di samping adanya faktor di luar kuasa berupa banjir.
Ganjar mengatakan, beban jalan di Jateng sangat berat karena tidak hanya dilalui angkutan truk dari Jawa Timur dan Jawa Barat. Ternyata ada juga dari Palembang, Lampung, NTT, dan Bali. Dengan rata-rata kekuatan maksimal jalan hanya 7 ton. sementara angkutan barang bisa lebih dari 12 ton.
Sejumlah negara seperti Jepang dan Eropa sudah menerapkan teori pengaturan tonase kendaraan. Di Jepang memberlakukan manajemen transportasi logistik maksimum 8 ton sementara di Eropa maksimum 12 ton.
"Jika Indonesia mengikuti ketentuan Eropa 12 ton, maka kualitas jalannya harus diarahkan kepada daya dukung tonase tinggi, seperti jalan beton. Sehingga semua jalan harus dibenahi," kata Ganjar. (A-99/A-88/PR/LintasKebumen©2014)