PEJAGOAN - Aktifitas penggalian tanah liat secara terus menerus di berbagai areal pesawahan atau lahan produktif di Kebumen, memunculkan lubang-lubang besar yang berubah menjadi 'kolam-kolam' besar di saat musim penghujan.
Akibat tak ada upaya reklamasi atau penimbunan kembali pasca berakhirnya penggalian, lubang-lubang itupun kini menjadi lahan yang telantar dan hanya ditumbuhi semak-semak maupun eceng gondok.
"Sudah bertahun-tahun lamanya lahan yang semula sawah ini ditelantarkan setelah digali tanah liatnya," ujar Syaiful (40), warga Dukuh Keputihan Desa Kewayuhan Kecamatan Pejagoan Kebumen, sambil menunjuk hamparan eceng gondok di lahan terlantar di tengah areal pesawahan Dukuh Keputihan, Selasa (01/07/2014).
Menurut Syaiful lahan telantar tersebut semula merupakan sawah yang disewakan kepada pemilik pabrik genteng untuk dieksploitasi tanahnya sebagai bahan baku genteng. Setelah penggalian berakhir, lahan tersebut sulit difungsikan sebagai sawah mengingat berubah menjadi kolam berkedalaman sekitar satu meter. Air kolam itu berasal dari air irigasi yang mengoncori sawah-sawah di sekitarnya ditambah dengan air hujan.
"Sayangnya kolam tiban itu ditelantarkan dan tak dimanfaatkan untuk budidaya ikan sehingga ditumbuhi eceng gondok," jelas Syaiful.
Lahan terlantar bekas sawah yang dijadikan tempat penggalian tanah liat saat ini juga banyak dijumpai di Desa Kedawung Kecamatan Pejagoan, Desa Podoluhur Kecamatan Klirong dan Desa Kutosari Kecamatan Kebumen.
"Lahan terlantar semacam itu yang banyak dijumpai di desa kami memang belum pernah ditimbun kembali, baik oleh pemiliknya maupun pemerintah desa. Kebanyakan pemilik tanah memang bingung mau dijadikan apakah gerangan bekas penggalian tanah liat itu," jelas Rosidi (50), warga Podoluhur yang berprofesi sebagai buruh penggali tanah. (KRjogja/