BANYUMAS - Wanita lugu ini, Cartiyem (38), warga RT 6/RW 1 Grumbul Cideng, Desa Cikembulan, Kecamatan Pekuncen telah pulang dan tinggal di rumah orangtuanya selama lebih dari sebulan. Tetapi kepulangannya ke tanah air, dari tempat kerja sebagai TKW di Malaysia mengalami depresi atau stres, diduga karena selama bekerja enam tahun di daerah Kucing, Malaysia tidak menerima gaji sebagaimana mestinya.
Adik kandung Cartiyem, Usrin (24), Kamis (5/6/2014), mengatakan, kakaknya itu waktu mau bekerja di Malaysia dijanjikan dapat gaji 200 ringgit perbulan sebagai pembantu rumah tangga. "Namun saat pulang adik saya cerita selama bekerja tidak pernah terima gaji. Hanya dapat omongan saja kalau ia akan dapat gaji 200 ringgit perbulan, tapi tak pernah melihat wujud uangnya," katanya.
Ia mengakui, saat Cartiyem pulang, dirinya yang menjemput di Ajibarang, dan Cartiyem dalam keadaan linglung. Sampai di rumah, sehari-hari Cartiyem mengurung diri di kamar. "Dia pulang sendirian naik pesawat dari Pontianak ke Jakarta. katanya si majikannya mau menyusul ke sini sambil bawa uang gajinya, namun sampai sekarang tidak pernah nongol orangnya. Dan kalau saya tanya perihal majikannya di Malaysia siapa pasti marah-marah, mukanya seperti ketakutan," ungkap Usrin.
Pihak keluarga memang telah bebrupaya mengobati secara alternatif. Atas ketelatenan 'orang pintar' tersebut, lambat laun kondisi psikis Cartiyem mulai membaik. Mulai bisa berkomunikasi. Ia pun menuturkan majikannya yang laki-laki namanya Atk. Waktu pulang dari Malaysia naik mobil nginap di pontianak ketemu sama seseorang yang disebutnya pak kiai yang menjanjikan akan menolong Cartiyem untuk nagih janji ke majikannya. "Nah, sebulan setelah di rumah, memang Pak kiai itu datang ke sini mengantar gaji Cartiyem selama tujuh bulan terakhir sebesar Rp 12, 4 juta, tapi dengan alasan untuk ganti transport dan paspor ke Malaysia kami hanya terima Rp 10, 5 juta," tutur Usrin.
Lalu ketika ditanya gaji selama enam tahun dimana, dijawab sudah ditransfer melalui western union. "Tapi datanya tidak bisa ia tunjukin. Jadi kami menduga adik saya hanya dimanfaatkan saja oleh orang itu yang mungkin sudah kenal dengan majikan adik saya. Soalnya dia ngakunya sudah biasa mengurusi permasalahan TKW seperti itu," bebernya.
Ia mengakui pihak keluarga belum melaporkan ke pihak berwajib perihal dugaan sindikat perdagangan manusia yang menimpa Cartiyem tersebut, karena saksi dan bukti sangat minim. "Ya, sayangnya saya tak tahu nama, alamat pak kiai yang dimaksud adik saya itu. Yang mengajak adik saya ke Malaysia juga 'menghilang'. Kami seperti dihipnotis waktu dia datang ke rumah," ujar Usrin.(krjogja/Ero)