Ditingkat Asia atlit kelahiran Kebumen, 20 April 92, bahkan menempati peringkat 7 menyisihkan atlit pembalap nasional besutan PB ISSI sekalipun. “Saya menempati urutan ke 7 tercepat di kelompok atlit balap speda Asia sewaktu mengikuti kejuaraan dunia di Zhouzan, Cina tahun lalu,” ujar dia saat ditemui seusai mengikuti Road Race di Tawangmanggu, Kamis (29/5)
Menekuni dunia balap speda secara serius setelah lulus sekolah menengah pertama di tempat kelahirannya. Sebelum terjun dalam dunia balap sepeda, Rohidah pernah menjadi menjuarai lomba Porda di Kebumen. Sejak hijrah ke Ciamis, olahraga lari ditinggalkannya dan beralih mancal pedal sepeda balap.
“Saya diboyong ke Ciamis oleh kakak ipar. Sejak saat itu pindah dari balapan sikil ke mancal pedal speda balap setiap hari. Latihan 1-5 jam setiap pagi dan siang hari,” ujar dia
Berlatih keras agar target waktu yang ditetapkan pelatihnya tercapai, tutur Rohidah menambahkan, merupakan jadwal ketat yang harus dilalui saban hari. Hasilnya ia menyabet gelar juara pertama pada laga Alpen Trophy menempuh lintasan Asia Afrika, cimahi, Cisarua dan finis di Cikole
“Saya memperoleh hadiah dan piala sebagai pemenang lomba balapan. Rute lintasan cukup panjang, tapi tidak terjal dan menanjak seperti di Tawangmangu. Saya senang dengan rute tanjakan dan tikungan,” katanya.
Rohidah mengaku senang bisa ikut tergabung menjadi anggota club SCC (Customs Cycling Club) di Solo. Sebelumnya, tutur mahasiswi semester IV di STIE AAS ini, dirinya tidak menyangka kalau pengemar speda balap di Kota Bengawan juga seabrek. Sewaktu berpindah ke Solo pertama kali, ia mengaku tidak kerasan.
“Sungguh saya tidak kerasan. Soale kepinginnya latihan speda balap terus. Tapi waktu itu belum tahu kalau di Solo juga banyak track lintasan sepeda balap yang menantang. Lama kelamaan justru segan balik ke kampung,” ujar dia mengenang.
Apalagi, selain merasa nyaman tinggal di Solo dan menemukan rute menantang buat berlatih mancal speda, Rohidah pun acap berlatih bareng dengan pelatih sekaligus pendamping setianya setiap hari. “Saya mulai kenal di Jakarta tahun 2009, sewaktu ikut balapan pertama kali. Terus mulai pacaran sampai 2010. Sampai sekarang. Kalau pit-pitan mbalap jadi semangat,” pungkas dia.
Ditanya obsesinya sebagai atlit balap, Rohidah menginginkan menjadi salah satu tim balap sepeda nasional dan menjuarai event bergengsi tingkat dunia. “Saya ingin menjadi juara tingkat nasional dan internasional kejuaraan bergengsi lomba balap speda,” ujar dia. Cita-cita lain? “Jadi PNS.” (Eddy J Soetopo/timlo.net)