Ratusan warga yang terlibat dalam gerakan tersebut menggunakan alpostran atau tiran. Alpostran merupakan sejenis obat tikus yang menggunakan sistem pengasapan. Kegiatan tersebut dihadiri Muspika Karanganyar.
Tampak Sekretaris Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kebumen Winoto. Anggota TNI Koramil Karanganyar Kodim 0709 Kebumen juga ikut terjun ke sawah. Pengendalian itu dilakukan dengan cara mencari sarang-sarang tikus. Selanjutnya menyulut alpostran dan dimasukkan ke dalam lubang yang digunakan sebagai sarang hama pengerat tersebut. Ada sebanyak 5.000 alpostran yang digunakan untuk pengendalian tikus itu.
"Pengendalian tikus tersebut sangat efektif dan efisien, karena tidak merusak lingkungan sawah serta sekitarnya," kata Agus TriLastiono (42), penyuluh swadaya di Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Sinar Mutiara kelurahan Panjatan, Kecamatan Karanganyar. Hal itu mengingat pengendalian tikus selama ini menggunakan cara tradisional, yakni gropyokan. Cara tersebut dilakukan dengan menggali sarang tikus. Praktis, sarang tikus yang berada di tanggul sungai pun rusak.
Terlebih jika lokasinya di tepi jalan atau rel kereta api. Kegiatan ini untuk mendukung kecamatan Pengendali Hama Tumbuhan (THT) yang mewakili provinsi Jateng. Sekretaris Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kebumen, Winoto, berharap kegiatan tersebut berkesinambungan seraya mengantisipasi datangnya wereng coklat.
" Pengendalian tikus memang harus rutin karena hama tersebut berkembang biak sangat cepat," katanya.
Satu pasang tikus dalam satu tahun beranak pinak mencapai 2.048 ekor tikus. Mengenai antisipasi serangan wereng coklat bisa dilakukan dengan agen hayati, antara lain beauvaria (jamur), saus cabai dan pestisida nabati lainnya. (SuaraMerdeka/KebumenB)