KARANGSAMBUNG - Karangsambung, 20 km di sebelah utara Kebumen, Jawa Tengah adalah nama sebuah kecamatan. Kecamatan ini dialiri oleh sebuah sungai cukup besar yang mengalir dari utara ke selatan, dari Pegunungan Serayu melalui Kebumen sebelum bermuara di Samudera Hindia. Orang-orang berbahasa Jawa menamakan sungai itu “Luk Ulo” – meliuk-liuk seperti ular.
Daerah Karangsambung atau juga suka disebut daerah Luk Ulo adalah nama yang sangat terkenal dalam dunia geologi, baik di Indonesia maupun regional Asia Tenggara. Namanya juga kerap muncul di makalah-makalah atat jurnal-jurnal geologi, khususnya yang membahas soal tektonik Indonesia dan Asia Tenggara.
Keanekaragaman batuan di Karangsambung dengan kenampakan morfologi serta kerumitan struktur geologinya menjadikan kawasan ini ditetapkan sebagai monumen geologi, atau resminya Cagar Alam Geologi Karangsambung berdasarkan Keputusan Menteri ESDM No.2817K/40/MEM/2006.
Karangsambung/Luk Ulo telah disebut-sebut namanya oleh ahli-ahli geologi Belanda seperti pada publikasi-publikasi Verbeek dan Fennema (1896) atau van Bemmelen (1949). Adalah Harloff (1933) yang memetakannya secara detail area ini untuk pertama kalinya.
Dari awal pun mereka sudah tahu bahwa area ini sangat unik secara geologi sebab mengandung banyak batuan yang begitu bermacam-macam dan asalnya macam-macam juga, dari batuan sedimen di cekungan, batuan gunungapi, sampai batuan yang menurut mereka hanya ada di akar litosfer.
Lalu, apa pentingnya Karangsambung/Luk Ulo dalam tektonik Indonesia? Penelitian-penelitian menggunakan teori tektonik lempeng oleh Katili, Hamilton dan khususnya Sukendar Asikin yang memusatkan penelitiannya di Karangsambung, menunjukkan bahwa Karangsambung merupakan titik pertemuan antarlempeng yang terjadi pada suatu zaman geologi yang disebut Kapur Akhir (100-65 juta tahun yang lalu). (Awang Harun Satyana/LintasKebumen©2014)