Laman

Kamis, 10 April 2014

Film Tim Bui Syuting di Benteng Van Der Wijck dan Stadion Chandradimuka Kebumen


KEBUMEN - Tim Bui adalah cerita tentang tim sepakbola di sebuah lapas fiktif di pulau Jawa, Lawang Betung. Warga binaan yang tinggal di sana merupakan gambaran Indonesia- yang datang dari perbedaan latar belakang sosial ekonomi, agama dan suku. Mereka adalah pelaku berbagai tindak pidana, mulai dari terorisme hingga perdagangan narkoba. Sebagian besar warga binaan bergabung dengan salah satu dari dua kelompok atau ‘geng’ –Geng Jawa (dipimpin oleh Joko) dan geng Batak (dipimpin oleh Togar).
Seiring perjalanan serial ini, hubungan penuh konflik dan kekerasan antara kedua geng berubah menjadi kerjasama untuk keuntungan bersama. Melalui pembentukan tim sepakbola, Tim Bui menjelajahi bagaimana mengatasi perbedaan mendasar dan transformasi konflik yang ada di masyarakat Indonesia.

Musim pertama yang terdiri dari 13 episode ini diproduksi oleh sebuah lembaga non-pemerintah, Search for Common Ground (SFCG). Tim Bui -yang ditayangkan di Metro TV 19 Februari 2012- juga mengusung isu-isu sosial yang ada di Indonesia saat ini, seperti penindasan kaum minoritas, korupsi, reformasi institusional, kepemimpinan perempuan, deradikalisasi terpidana teroris dan usaha-usaha menghindari kekerasan. Sebagian besar bidang yang disebutkan tadi merupakan fokus pekerjaan SFCG di Indonesia.

Bersamaan dengan penayangan serial, SFCG juga menggelar program outreach yang mempromosikan pesan-pesan kunci mengenai toleransi, kerjasama tim dan transformasi konflik. Aktivitas yang dilakukan mencakup pembentukan tim, liga dan kompetisi sepakbola, selain juga mengadakan seminar transformasi konflik, yang akan diadakan di pesantren-pesantren dan lapas di seluruh Indonesia.

“Pekerjaan yang sedang dilakukan oleh Search for Common Ground dalam proyek inovatif televisi, The Team, sesuai dengan tujuan kita. Sepak bola adalah alat yang luar biasa yang dapat meruntuhkan penghalang, mendorong pemahaman, dan mengajar orang pelajaran berharga pada berbagai isu sosial.”—Richard Scudamore, Kepala Eksekutif Liga Premier

Tidah ada yang bisa menggantikan peran sepakbola dalam menyatukan orang di sleuruh dunia. Kecintaan terhadap sepakbola yang dirasakan secara global ini merupakan bahan bakar kesuksesan serial TV utama dan sandiwara radio produksi Search for Common Ground: The Team. Serial drama ini mengangkat isu-isu nyata yang dihadapi masyarakat melalui sepakbola sebagai pemersatu dalam menanggulangi segala hambatan dalam usaha transformasi sikap sosial dan mengenyahkan perilaku kekerasan.

The Team telah mengudara, atau sedang diproduksi, di 16 negara dimana konflik-konflik berakar sepanjang Afrika hingga Asia dan Timur Tengah. Setiap serial terfokus pada karakter-karakter dari sebuah tim sepakbola fiktif–khusus dalam kasus Pakistan, tim cricket- dimana mereka harus mengesampingkan perbedaan yang ada dan bekerja sama untuk meraih sukses. SFCG juga mengadakan kegiatan outreach di masing-masing negara untuk memaksimalkan dampak program. Tim Bui merupakan The Team versi Indonesia yang diproduksi bersama SET Film.

Drama televisi dan radio seperti ini merupakan salah satu cara SFCG berinteraksi dengan masyarakat melalui media untuk mengubah cara dunia menghadapi konflik –jauh dari permusuhan, melainkan lebih ke arah penyelesaian masalah secara kolaboratif. Di setiap negara, The Team menggambarkan berbagai model, menunjukkan bagaimana perbedaan suku, agama dan sosial bisa diatasi secara damai, mencontohkan bagaimana insitusi pemerintah bisa berfungsi dengan lebih efektif, dan memusatkan perhatian ke hal-hal seperti tanggung jawab dan sifat responsif.

The Team pertama kali ditayangkan di Kenya pada tahun 2009 sebagai respon terhadap dahsyatnya kekerasan pasca-pemilihan umum, dan masuk sepuluh teratas program negara tersebut yang telah mencapai 2,8 juta pemirsa. Itulah kali pertama konflik dan stereotip kesukuan ditampilkan dalam televisi Kenya.

DAFTAR BLOG TER-UPDATE