KEBUMEN - Telah memiliki tradisi membatik puluhan tahun lamanya dengan tingkat keragaman motif yang tinggi, nama batik Kebumen hingga kini belum tercantum dalam sejarah batik di
Indonesia.
"Karena itu, batik Kebumensangat menarik dan menantang untuk diteliti. Kapan mulai ada, siapa pencetusnya, bagaimana filosofi dibalik motif-motifnya serta seluk beluk di dalamnya," ujar Ketua Paguyuban Pecinta Batik Sekarjagad, Ir Dra Larasati Suliantoro, di Pendopo Rumah Dinas Bupati Kebumen.
Selain untuk melihat perkembangan batik Kebumen saat ini, menurut Ny Larasati kedatangannya beserta 200 anggota paguyuban ke Kebumen membawa misi untuk mencari benang merah asal-usul batik Kebumen. Untuk keperluan itu, rombongan ini membawa serta seorang pemerhati dan penulis batik asal Jerman, Brigitte Willach.
"Karena itu, kunjungan ke Kebumen kami mulai di Kecamatan Mirit dengan mengunjungi makam Mbah Lancing di Tlogodepok Mirit yang peziarahnya punya tradisi menaruh selembar kain batik di cungkup makam serta dilanjutkan kunjungan ke Pasar Tlogopragoto untuk melihat kain-kain batik dipasar itu," papar Ny Larasati.
Dalam kunjungan di 2 tempat itu diperoleh kesimpulan sementara bahwa batik di Mirit tersebut berhubungan erat dengan sejarah batik 'Bagelenan' yang tumbuh di wilayah Purworejo bagian barat yang batiknya didominasi dengan warna biru tua dan coklat serta motif khas setempat. Sedangkan batik di wilayah Kebumen lainnya,
dengan melihat corak dan pewarnaannya kemungkinan terkait dengan tradisi agraris masyarakatnya. (Krj)
Indonesia.
"Karena itu, batik Kebumensangat menarik dan menantang untuk diteliti. Kapan mulai ada, siapa pencetusnya, bagaimana filosofi dibalik motif-motifnya serta seluk beluk di dalamnya," ujar Ketua Paguyuban Pecinta Batik Sekarjagad, Ir Dra Larasati Suliantoro, di Pendopo Rumah Dinas Bupati Kebumen.
Selain untuk melihat perkembangan batik Kebumen saat ini, menurut Ny Larasati kedatangannya beserta 200 anggota paguyuban ke Kebumen membawa misi untuk mencari benang merah asal-usul batik Kebumen. Untuk keperluan itu, rombongan ini membawa serta seorang pemerhati dan penulis batik asal Jerman, Brigitte Willach.
"Karena itu, kunjungan ke Kebumen kami mulai di Kecamatan Mirit dengan mengunjungi makam Mbah Lancing di Tlogodepok Mirit yang peziarahnya punya tradisi menaruh selembar kain batik di cungkup makam serta dilanjutkan kunjungan ke Pasar Tlogopragoto untuk melihat kain-kain batik dipasar itu," papar Ny Larasati.
Dalam kunjungan di 2 tempat itu diperoleh kesimpulan sementara bahwa batik di Mirit tersebut berhubungan erat dengan sejarah batik 'Bagelenan' yang tumbuh di wilayah Purworejo bagian barat yang batiknya didominasi dengan warna biru tua dan coklat serta motif khas setempat. Sedangkan batik di wilayah Kebumen lainnya,
dengan melihat corak dan pewarnaannya kemungkinan terkait dengan tradisi agraris masyarakatnya. (Krj)