Laman

Kamis, 03 April 2014

Setelah Cabe-cabean kini Muncul Fenomena Terong-Terongan


JAKARTA — Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengikuti fenomena "cabe-cabean" yang ada saat ini. Ketua KPAI Arist Merdeka Sirait mengatakan, selain "cabe-cabean", saat ini juga muncul fenomena "terong-
terongan". Menurutnya, fenomena "terong-terongan" muncul sebagai reaksi dari adanya "cabe-cabean".

"'Terong-terongan' ini remaja laki-laki dengan ciri-ciri berpakaian celana kedodoran, topi diarahkan ke bawah, dan kalau jalan selalu menunduk," kata Arist, Rabu (2/4/2014).

"Terong-terongan" ini, kata dia, biasanya adalah pebalap motor liar yang lambat laun berubah. Mereka jadi jarang balapan dan lebih sering nongkrong di tempat-tempat seperti di bawah jalan layang. Perubahan ini mereka lakukan demi mengimbangi gaya hidup "cabe-cabean".

Fenomena "terong-terongan" ini menunjukkan pentingnya reputasi bagi remaja, seperti yang dikatakan oleh psikolog UI, Winarini Wilman.

"Cabe-cabean" berperilaku seperti itu untuk mendapatkan reputasi di hadapan kelompok geng motornya.

Kemudian, muncul "terong- terongan" untuk mendapatkan reputasi di hadapan "cabe-cabean". Menurut Arist, remaja sangat mudah terpengaruh lingkungan. "Terong-terongan" dan "cabe- cabean" adalah contohnya.

Keduanya seperti siklus yang terus imbang-mengimbangi. Arist menambahkan, peran orangtua sangat penting dalam hal ini. Pemerintah atau siapa pun tidak bisa diharapkan. Adanya peraturan jam malam atau jam belajar hanyalah satu bentuk tindakan pencegahan, bukan solusi. "Solusinya cuma satu. Jaga anak masing-masing," kata Arist.(Kompas/LintasKebumen)

DAFTAR BLOG TER-UPDATE