Walau bukan termasuk daerah terpencil, wilayah Argopeni terbilang cukup menantang karena terletak di perbukitan dan berbatasan langsung dengan pantai selatan Jawa.
Di sana, angkutan umum jarang lewat dan aktivitas publik praktis tuntas begitu matahari tenggelam. Jalan aspal sempit tanpa lampu penerangan membuat perjalanan malam cukup berbahaya karena beberapa ruas jalan berbatasan langsung dengan jurang.
Dengan kondisi topografi semacam itu, ditambah kurang maraknya kegiatan ekonomi, tak banyak pilihan layanan keuangan bagi masyarakat desa yang umumnya bekerja sebagai petani dan nelayan.
Kebutuhan menabung atau pinjam uang selama ini difasilitasi oleh koperasi unit desa dan bank keliling. Koperasi umumnya melayani simpan dan pinjam, sementara bank keliling biasanya melayani keperluan utang saja.
Namun, pada pertengahan tahun lalu, layanan bank umum hadir lebih dekat ke warga desa melalui toko kelontong dengan sistem keagenan.
Bank di Warung
“Mao cek saldo,” kata Kamsi, petani berusia 40 tahun sembari menyerahkan kartu ATM miliknya kepada penjaga warung Siti Rohimah.
Datang dari ladang menggunakan sepeda motor, Kamsi hari itu bermaksud mengambil uang untuk bekal kuliah anaknya yang saat itu pulang ke kampung halaman.
Berbekal mesin electronic data capture (EDC) – alat yang sering ditemui di pusat perbelanjaan kota besar - Siti lalu menggesek kartu dan menunggu. “Ada tiga juta seratus,” ujarnya segera ketika data rekening muncul di layar mesin.
“Ambil tiga juta,” kata Kamsi menyahut.
Seperti warung pada umumnya, warung Siti menjual berbagai kebutuhan sehari-hari. Mulai dari kopi, makanan ringan, aneka minuman, sabun, hingga pulsa telepon. Warung ini dimiliki suaminya, Agus Saptanudin, dan merupakan usaha turun temurun sejak 1970-an.
Mulai tahun lalu, Siti menambah barang dagangan baru di warung berukuran enam meter itu. Bekerja sama dengan BRI, Siti dan Agus resmi menjadi agen dengan menyediakan layanan setor, tarik, kirim uang, hingga pembayaran listrik, telepon dan cicilan kendaraan. Semua perputaran uang dilakukan melalui rekening Siti dan Agus.
Menanggapi permintaan Kamsi, Siti kemudian menekan beberapa tombol dan meminta pelanggannya itu memasukkan PIN. Lewat mesin EDC, Siti mentransfer uang Rp3 juta dari Kamsi ke rekeningnya.
Kemudian, Siti mengambil uang tunai dengan jumlah yang sama di laci warung dan memberikannya kepada Kamsi. Lewat layanan macam ini, Siti mendapat keuntungan sekitar Rp3.500 per transaksi.