GOMBONG - Perlu waktu puluhan juta tahun untuk membentuk gugusan terumbu karang dan mencuatkannya ke permukaan bumi sebagai pegunungan karst. Sebaliknya, bagi pabrik semen, hanya butuh puluhan tahun untuk menghancurkan dan mengubahnya menjadi mesin uang.
Pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tentang karst Gombong Selatan pada Desember 2004 silam seolah memberi harapan akan keberpihakan pemerintah pada kelestarian ekosistem, keanekaragaman hayati, dan pembangunan berkelanjutan. Setelah sepulih tahun berlalu, gaung yang coba digemakan Presiden yang akan lengser itu pun mulai meredup. Isu pelestarian karst tak dianggap menarik.
”Orang lupa bahwa di balik kawasan karst terdapat cadangan sumber air bersih berbentuk sungai bawah tanah, berbagai flora dan fauna, serta peninggalan arkeologi di beberapa gua tertentu,” kata Ketua Program Studi Teknik Geologi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung Budi Brahmantyo.
Air di balik pegunungan karst ibarat harta karun. Tak semuanya muncul di permukaan dan mudah dijangkau. Membutuhkan penelusuran gua untuk mengetahui dari mana datangnya dan ke arah mana air mengalir. Secara garis besar, air datang dari hujan yang jatuh ke permukaan karst yang berpori dan bercelah. Ada yang membentuk bebatuan gamping melalui proseskarstifikasi. Ada juga yang menetes dan jatuh membentuk danau serta sungai kecil.
Di wilayah Gombong Selatan, Dinas ESDM setempat mencatat sekitar 60 persen batu gamping termasuk karst kelas I dan 30 persen kelas II. Sisanya, 10 persen, masuk dalam kawasan karst kelas III. Karst di kawasan itu juga sangat baik untuk bahan baku pembuatan semen.
Tahun 1997, PT Semen Gombong rencananya akan mendirikan pabrik semen di wilayah itu. Namun rencana itu tertunda sampai saat ini akibat krisis moneter tahun 1998. Keberadaan 122 gua di kawasan karst Gombong selatan, Jawa Tengah itu akan terancam jika pembangunan pabrik semen PT Semen Gombong dilanjutkan.
Kawasan karst ini meliputi kecamatan Rowokele di bagian Utara, kecamatan Buayan di bagian Timur, kecamatan Ayah di bagian Barat, sedangkan bagian Selatan berbatasan langsung dengan pantai Selatan Jawa atau Samudra Hindia. Luasnya sekitar 50.835.025,2 m². (LintasKebumen)