PETANAHAN - Serangan hama patek yang membuat hasil panen turun drastis disertai anjloknya harga cabai, membuat pilu petani cabai di Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen.
"Sekarang petani cabai ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Akibat serangan patek dan harga anjlok, untuk balik modal saja tidak bisa," ujar Gimin (33) petani yang menanam 2.000 pohon cabai merah keriting di Desa Karangrejo, Senin (23/6/2014).
Gimin mengalami kerugian cukup besar karena hanya bisa memanen 300 kilogram. Padahal tahun sebelumnya saat tanamannya terbebas dari hama dan penyakit, dari luas lahan yang sama bisa memperoleh 600 kilogram lebih.
Lebih memprihatinkan dialami Siman (40) juga warga Karangrejo. Akibat pateken, ia hanya memperoleh Rp 250 ribu dari modal Rp 5 juta yang harus dikeluarkan untuk menanam cabai merah keriting.
Hama patek menular dengan cepat dan sangat sulit diberantas. Jika sudah terserang, buah cabai kering dengan bercak kehitaman yang kemudian busuk. Petani semakin tidak kuasa karena tanamannya juga terserang kutu kebul, lalat buah, dan trips.
Petani memilih membiarkan tanamannya terserang patek karena setelah dua kali dilakukan pemberantasan, hama dan penyakit tetap menyerang. "Kalau harus selalu diberantas, jelas tidak mungkin karena biaya pemberantasan sangat mahal," terang Gimin.
Sekali memberantas, lanjut Gimin, biaya untuk membeli obat-obatan mencapai Rp 350 ribu. Biaya yang tidak sebanding dengan harga cabai merah keriting yang sedang jatuh.
"Pertama petik, masih laku Rp 5.000, sekarang hanya Rp 3.000 perkilogram. Padahal dengan harga Rp 5.000 perkilogram saja, belum tentu bisa kembali modal," keluh Gimin. (Krjogja/Suk)