KEBUMEN, -Bagi orang yang pada masa kecilnya tinggal tidak jauh dari rel kereta api, mungkin akan segera mengingat masa lalu, jika menyaksikan apa yang dilakukan anak-anak di Desa Kuwayuhan, Kecamatan Pejagoan, Kebumen. Setiap bulan Ramadan, terutama pada sore hari menjelang waktu berbuka puasa, puluhan anak berkerumun di rel KA tidak jauh dari stasiun Soka.
Anak-anak itu bermain membuat pisau-pisauan dari sebatang paku. Caranya dengan meletakan sebatang paku di atas rel KA. Agar tidak lepas, ujung paku diikat dengan sebuah kayu kecil. Selanjutnya saat sebuah KA lewat, paku-paku yang berada di rel KA tersebut secara otomatis terlindas KA.
Dengan terlindas roda KA yang memiliki beban berat maka paku akan menjadi pipih. Begitu dilakukan sekitar tiga sampai empat kali kereta lewat sehingga paku menjadi mirip pisau. "Cuma main-main saja, Mas," ujar Ahmad Badruttamam (10) salah satu anak yang bermain di area rel KA tersebut kepada suaramerdeka.com, Jumat (11/7).
Taman, begitu bocah yang masih duduk di kelas 3 SD Kuwayuhan 4 tersebut tampak gembira saat KA usai melindas paku yang dia pasang. Setelah roda KA gerbong terakhir melindasnya, dia bersama teman-temannya bersorak lalu ramai-ramai berhamburan menuju rel KA. Jika dicermati, bermain di area rel KA apalagi tanpa pengawasan orang tua merupakan hal yang berbahaya.
Ya, bagi anak-anak seperi Tamam bermain terkadang hirau dengan keselamatan. Lihat saja, saat kerata akan lewat, bunyi klakson pun sudah menyalak, namun anak-anak masih berada dekat dengan rel KA. Mereka baru berlarian setelah KA berada beberapa puluh meter aja. Bagi orang yang melihat cukup miris, namun bocah-bocah itu hanya tertawa dalam keriangan. Belum lagi jika kayu yang dipasang terlalu besar, bukan tidak mungkin akan mengancam perjalanan kereta api.
Ya, bagi anak-anak seperi Tamam bermain terkadang hirau dengan keselamatan. Lihat saja, saat kerata akan lewat, bunyi klakson pun sudah menyalak, namun anak-anak masih berada dekat dengan rel KA. Mereka baru berlarian setelah KA berada beberapa puluh meter aja. Bagi orang yang melihat cukup miris, namun bocah-bocah itu hanya tertawa dalam keriangan. Belum lagi jika kayu yang dipasang terlalu besar, bukan tidak mungkin akan mengancam perjalanan kereta api.
"Ini hanya ada setiap Ramadan, Mas. Kalau tidak puasa tidak ada yang main di tempat ini," tandasnya polos.
Tamam tidak sendirian, karena banyak temannya yang melakukan permainan yang sama. Anak-anak usia sekolah dasar itu tak kalah girangnya saat melihat roda-roda KA melindas pisau-pisau miliknya. Bahkan ada yang memasang paku tak cukup satu batang. Anak-anak itu bermain mulai sekitar pukul 16.00 dan baru pulang menjelang bedug maghrib.
"Anak-anak itu memang sudah dikasih tahu. Kalau diperingatkan paling berhenti sebentar tetapi beberapa saat kembali lagi," ujar salah satu warga setempat.
( Supriyanto / CN38 )