“Terobosan yang paling penting adalah dengan berhasilnya dibangun InaTEWS telah mampu mengeluarkan informasi dalam waktu lima menit," terang Kepala BMKG Andi Eka Sakya kepada pers, Rabu (26/03).
Dengan kemampuan deteksi yang lebih cepat, diharapkan dapat mengurangi risiko bencana. Sehingga jumlah korban baik manusia maupun harta benda dapat diminimalisir.
“Kerjasama ini berjalan dengan baik dan banyak kemajuan yang kita capai," kata Andi.
Diterangkan, kerjasama InaTEWS tersebut telah dimulai sejak tahun 2005 dan berakhir pada Selasa (25/03) lalu. InaTEWS sendiri telah diresmikan pada 22 November 2008 lalu.
“Setelah kerjasama berakhir, InaTEWS diserahkan ke BMKG dan pemeliharaannya dilakukan sesuai dengan rencana induk tsunami,” tambah dia.
Kini, kerjasama BMKG dengan beberapa negara, seperti Jerman itu berlanjut pada program penguatan kapasitas sumber daya manusia yang fokus pada penyelenggaraan pelatihan peningkatan kapasitas operator. Kerjasama ini bermula pasca terjadinya tsunami Aceh pada 26 Desember 2004 lalu.
“Kita ingin mencegah bencana yang sama di masa depan," terang Wakil Duta Besar Jerman untuk Indonesia Thorsten Hutter. (Tempo/LintasKebumen)