Laman

Rabu, 11 Juni 2014

Petani Pegunungan Sruweng Mulai Kesulitan Air



SRUWENG  - Petani di pegunungan Desa Giripurno, Kecamatan Sruweng, Kabupaten Kebumen, mulai kesulitan air untuk menyirami tanaman palawijanya. Akibatnya, tanaman tidak tumbuh maksimal. Bahkan mulai kering akibat kurang air.

Awal tanam paliwija dilakukan saat lahan yang masih basah pasca panen padi. Namun kemarau membuat lahan tadah hujan menjadi cepat kering. Akibatnya, tanaman harus lebih sering disiram. Kebutuhan air dipenuhi dari air hujan yang ditampung di embung-embung ukuran kecil yang dibuat di sekitar lahan pertanian.

"Musim kemarau kali ini tidak seperti biasanya. Selain sudah tidak ada hujan, hawa panas dengan sinar matahari yang menyengat, membuat lahan menjadi cepat kering sehingga menguras persediaan air di embung," jelas Santarmin (64) petani di Dukuh Kembangabang, Desa Giripurno.

Di lahan teraseringnya yang tidak begitu luas, Santarmin menanam tembakau. Tanaman yang sudah berumur 36 hari, tumbuh tidak merata. Banyak yang kerdil karena kurang air. Kondisi yang sama dialami petani lain yang menanam bayam, caisim, dan kangkung darat. Bahkan tidak sedikit yang dibiarkan mati mengering.

Menurut Santarmin, persediaan air di embung diperkirakan hanya cukup untuk sekitar sepuluh hari ke depan. Itupun dengan dihemat. Padahal, tanaman tembakaunya masih butuh disiram hingga mendekati masa panen pada umur 90 hari.

"Kalau air embung sudah habis, terpaksa dipanen muda untuk kebutuhan sendiri," ujar Santarmin seraya mengatakan, warga Kembangabang juga mulai mengalami kesulitan air bersih. "Kalau kemarau berkepanjangan, air bersih hanya ada jika ada droping air bersih dari Pemkab Kebumen," lanjutnya. (Krjogja/Suk)

DAFTAR BLOG TER-UPDATE