Laman

Minggu, 04 Mei 2014

Nasib Buruh Genteng, Semakin Bungkuk


PEJAGOAN  - Di usianya yang sudah 75 tahun, Poniyah memanfaatkan sisa-sisa tenaga tuanya untuk bekerja menjadi buruh genteng. Tubuhnya yang sudah bungkuk, semakin bungkuk ketika harus mengangkat genteng.

Bungkuk tubuhnya menyiratkan beban berat yang harus dipikul dalam kehidupannya. Apalagi menjadi buruh genteng dengan upah yang jauh di bawah upah minimum kabupaten (UMK), sudah dilakoni Poniyah sejak muda di pabrik genteng yang ada di desanya, Desa Kedawung Kecamatan Pejagoan Kabupaten Kebumen.

Poniyah terlihat masih mampu mengangkat 4 genteng sekaligus. Poniyah bekerja borongan bersama belasan buruh yang lain. Siang itu, ada sekitar 20.000 genteng yang harus dimasukkan ke dalam tobong pembakaran.

"Kerjanya borongan. Semakin banyak yang ikut kerja, semakin sedikit upah yang diterima. Namun kerjanya menjadi lebih ringan," ujar Poniyah.

Dari kerja kerasnya, Poniyah menerima upah Rp 10.000 hingga Rp 15.000. Upah yang tidak mesti diterima setiap hari karena kerjanya tergantung aktivitas pabrik. Jika pabrik tidak berproduksi, para buruh pun menganggur tanpa ada uang yang diterima. (Suk/krjogja)

DAFTAR BLOG TER-UPDATE