Laman

Jumat, 20 Juni 2014

Mantan PSK Sukses Membuat Keset Di Kebumen


Foto: ~ Mantan PSK : Sukses Setelah 4 hari studi banding Membuat Keset Di Kebumen ~

Surabaya -bEkonomi di
kawasan Bangunsari
pascapenutupan
lokalisasi memang
langsung terjun
bebas. Tapi perlahan-lahan
ekonomi di kawasan tersebut mulai
meningkat saat warga beralih
profesi.

"Sebelum ditutup, warga sekitar
banyak mengandalkan
perekonomiannya pada lokalisasi.

Mereka warga terdampak," ujar
Ketua Lembaga Ketahanan
Masyarakat Kota (LKMK) Dupak Arif
An kepada detikcom, Kamis
(19/6/2014).

Begitu lokalisasi ditutup, kata Arif An, warga terdampak pun cukup
shock. Namun mereka bisa
mengerti. Mereka mulai mengikuti
pelatihan-pelatihan yang digelar
Pemkot Surabaya. Mau tak mau
pelatihan itu harus diikuti karena
mereka tak mendapat uang jaminan
hidup. Hanya PSK dan mucikari
yang mendapatkannya.

"Dulu saya punya warung.
Pelanggannya ya para PSK dan
tamu-tamunya. Begitu wisma tutup,
gak ada yang beli. Saya tutup
warung," ujar Anik Sari Wati'ah,
warga Dupak Bangunsari I.
Anik pun cepat sadar, dia lalu
segera mengikuti pelatihan.

Kebetulan Anik tertarik pada
pelatihan jahit menjahit. Dan yang
diajarkan adalah menjahit alas kaki
alias keset. Anik cukup antusias
mengikuti pelatihan yang akan
mengubah caranya untuk bertahan
hidup.
"Saya terus mengikuti pelatihan.

Ikut juga study banding ke
Kebumen selama 4 hari untuk
belajar membuat keset bermotif
dari kain perca," lanjut perempuan
42 tahun itu.

Meski tak mendapat bantuan uang,
Anik mendapat bantuan 14 mesin
jahit. Denganmesin itu, ia mengajak
10 PSK untuk bekerja bersamanya.

"Alhamdulillah, saya bisamengajak
mereka (PSK)," ujar ibu dua anak
tersebut. Keset buatan
Anik cukup
menarik karena
bermotif kartun
yang disukai
anak-anak.

Namun lambat
laun, para
pembelinya merasa sayang jika
keset lucu itu harus diinjak-injak
hingga menjadi kotor. Jadilah keset
itu menjadi benda pajangan yang
ditempel di dinding. Untuk
menjadikannya lebih indah, Anik
membuatnya bak lukisan.
(Detik/KebumenBeriman)

Surabaya - Ekonomi di kawasan Bangunsari
pascapenutupan lokalisasi memang langsung terjun bebas. Tapi perlahan-lahan ekonomi di kawasan tersebut mulai meningkat saat warga beralih profesi.


"Sebelum ditutup, warga sekitar banyak mengandalkan perekonomiannya pada lokalisasi.

Mereka warga terdampak," ujar Ketua Lembaga Ketahanan Masyarakat Kota (LKMK) Dupak Arif An kepada detikcom, Kamis (19/6/2014).
Begitu lokalisasi ditutup, kata Arif An, warga terdampak pun cukup  shock. Namun mereka bisa mengerti. Mereka mulai mengikuti pelatihan-pelatihan yang digelar Pemkot Surabaya. Mau tak mau pelatihan itu harus diikuti karena mereka tak mendapat uang jaminan hidup. Hanya PSK dan mucikari yang mendapatkannya.

"Dulu saya punya warung. Pelanggannya ya para PSK dan tamu-tamunya. Begitu wisma tutup, gak ada yang beli. Saya tutup warung," ujar Anik Sari Wati'ah, warga Dupak Bangunsari I. Anik pun cepat sadar, dia lalu segera mengikuti pelatihan.

Kebetulan Anik tertarik pada pelatihan jahit menjahit. Dan yang diajarkan adalah menjahit alas kaki alias keset. Anik cukup antusias mengikuti pelatihan yang akan mengubah caranya untuk bertahan hidup. "Saya terus mengikuti pelatihan.

Ikut juga study banding ke Kebumen selama 4 hari untuk belajar membuat keset bermotif dari kain perca," lanjut perempuan 42 tahun itu.

Meski tak mendapat bantuan uang, Anik mendapat bantuan 14 mesin jahit. Denganmesin itu, ia mengajak 10 PSK untuk bekerja bersamanya.

"Alhamdulillah, saya bisamengajak mereka (PSK)," ujar ibu dua anak tersebut. Keset buatan Anik cukup menarik karena bermotif kartun yang disukai anak-anak.

Namun lambat laun, para pembelinya merasa sayang jika keset lucu itu harus diinjak-injak hingga menjadi kotor. Jadilah keset itu menjadi benda pajangan yang ditempel di dinding. Untuk menjadikannya lebih indah, Anik membuatnya bak lukisan. (Detik/KebumenBeriman)

DAFTAR BLOG TER-UPDATE