Bambang Sutanto Tak Sempat Salat Idul Fitri
BAGI sebagian besar masyarakat Indonesia, lebaran adalah saat berkumpul dengan keluarga tercinta. Libur panjang digunakan untuk bersilaturrahmi ke sanak saudara. Namun, tidak demikian dengan penjaga perlintasan kereta api.
Tidak ada liburan panjang dan kembali melaksanakan tugas mengamankan perjalanan kereta api yang mengangkut ribuan penumpang. Salah satunya dialami Bambang Sutanto (31) yang kesehariaannya berjaga di pintu perlintasan KA, Gardu 739 Tompean Tegalrejo Yogyakarta.
Bahkan Bambang tidak bisa menunaikan Salat Idul Fitri tahun ini lantaran mendapat jatah jaga mulai pukul 06.00-14.00 WIB. "Sedih juga gak bisa kumpul dengan keluarga, tapi bagaimanapun juga saya harus mendahulukan tugas," katanya .
Saat lebaran, beban tugas para penjaga pintu perlintasan KA juga bertambah. Biasanya, sebanyak 84 rangkaian KA melintas, saat arus mudik lebaran maupun arus balik, jumlahnya bisa bertambah 110-114 rangkaian tiap harinya. "Saat lebaran kita harus meningkatkan kewaspadaan karena KA yang melintas tambah banyak," kata bapak satu anak ini.
Menurut Bambang padatnya rangkaian KA terjadi sejak H-7 lebaran, dan akan kembali normal pada H+7. Arus lalu-lintas yang melintas di palang pintu Tompean ini termasuk padat. Untuk menambah keamanan, Bambang dibantu seorang petugas ekstra yang bertugas memastikan tidak ada kendaraan yang menyerobot saat palang pintu diturunkan. Selain di gardu Tompean, petugas ekstra juga terdapat di gardu Timoho yang arus lalu-lintasnya juga sangat padat.
Bambang mengisahkan suka duka saat bertugas adalah mendapat umpatan dari pengguna jalan saat palang ditutup dalam jangka waktu agak lama. Namun, hal itu tidak dihiraukan karena tugas utama penjaga palang pintu adalah mengamankan perjalanan kereta api, bukan pengguna jalan. Akhirnya, memilih menutup palang ketimbang terjadi kecelakaan dan memakan korban jiwa. "Saya tetap mantaati prosedur, mendapat makian bagi saya sudah biasa," katanya. (krjgja)
