Laman

Sabtu, 12 April 2014

Inilah Kisah Tragis Caleg Gagal di Pileg 2014


Foto: Ini kisah-kisah tragis caleg gagal Pileg 2014

Pileg 2014 menyisakan kisah tragis bagi beberapa calon yang tidak lolos karena perolehan suaranya jeblok. Pengorbanannya sia-sia karena mereka gagal duduk di kursi DPR, DPRD Provinsi maupun Kota dan Kabupaten. Berikut kisah-kisah tragis para caleg gagal pada Pileg 2014.

1.  Suara anak jeblok, ayah caleg ngamuk aniaya orang Ayah calon anggota legislatif (caleg) di Kabupaten Serang, Banten, mengamuk karena perolehan suara anak tidak memenuhi harapan. Emosi RH tak terkendali sehingga memukuli warga dan memblokir jalan akses kampung.

RH mengamuk dan memblokir Jalan Sumerang, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Banten. Penutupan jalan menuju akses Jalan Raya Anyer dilakukan menggunakan batu dan menyebabkan dua kampung terisolir yakni kampung Sumerang dan Kampung Pematang Warung.

"Ini masih diblokir, warga juga pada kumpul. Penyebabnya gara- gara anaknya yang nyaleg dari Partai Demokrat tidak mendapat suara yang diinginkan, dan merasa enggak didukung sama masyarakat di sini," ujar Edi Marwoto salah seorang warga, Jumat (11/4).

Tidak hanya itu, RH juga menganiaya dua orang warga yakni Nia Kuswati dan Nia Amut. Keduanya mengalami luka. Korban langsung melakukan visum dan melaporkan kejadian yang menimpa dirinya ke pihak kepolisian.

2.  Caleg gagal di Cirebon stres tak bisa berobat ke RSUD Keluarga calon legislatif (caleg) yang gagal dalam Pemilu 2014 mengaku kesulitan mencari tempat untuk berobat karena Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gunung Jati Cirebon tidak menyediakan ruang inap dan berobat jalan.

"Kesulitan membawa keluarga yang depresi setelah gagal pemilihan legislatif, karena rumah sakit terdekat tidak menyediakan tempat untuk pengobatan mereka," kata Wahyu salah seorang keluarga caleg gagal di Pemilu 2014. 

Wahyu menjelaskan, mestinya RSUD Gunung Jati Cirebon menyediakan tempat layanan caleg depresi, karena jika mereka harus berobat ke Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung butuh biaya tinggi, selain itu jaraknya cukup jauh.

3.  Caleg gagal di Ambon demo keliling desa Kisah tragis caleg gagal lainnya ada di Maluku. Seorang calon anggota legislatif bersama sejumlah pendukungnya melakukan aksi demonstrasi ke beberapa desa di Kecamatan Waeapo, Kabupaten Buru, Maluku, setelah tidak mendapat dukungan suara dari masyarakat setempat.

"Caleg asal salah satu parpol terbesar berinisial BB itu melakukan aksi demo bersama sejumlah pendukungnya di dataran Waeapo karena merasa tidak puas dengan perolehan suara pileg kemarin," kata warga setempat, Baim Wael, seperti yang dikutip dari Antara, Jumat, (11/4).

Mereka melakukan demonstrasi dengan cara berorasi sambil mengelilingi beberapa lokasi permukiman penduduk di unit 17 dan 18 serta beberapa desa lainnya di dataran Waeapo.

Menurut Baim, caleg tersebut masuk Daerah Pemilihan (Dapil) II Kecamatan Waepo dan sangat berkeinginan menjadi anggota DPRD Kabupaten Buru untuk periode lima tahun mendatang. Sayangnya warga di dapil tersebut tidak memberikan dukungan suara mengakibatkan yang bersangkutan merasa dikhianati dan tidak puas sampai melakukan aksi demonstrasi.

Caleg berinisial BB ini merupakan putera Hinolong Baman, seorang warga Buru yang selama ini dikenal menjual karcis masuk ilegal ke lokasi penambangan emas di Gunung Botak dan sekitarnya.

4. Caleg gagal di Cirebon berobat ke paranormal Karena RSUD Gunung Jati Cirebon tidak menyediakan ruang rawat inap dan berobat jalan bagi caleg stres, maka keluarga membawa ke paranormal. Seperti dilakukan Wahyu dan Ahmad, salah satu keluarga caleg gagal Pemilu 2014.

Wahyu mengatakan, keluarga terpaksa mengobati caleg gagal itu dengan mendatangi paranormal. Cara itu hanya untuk menenangkan meski keluarga repot menjaga caleg gagal tersebut.

Ahmad, keluarga caleg gagal lainnya mengimbuhkan, butuh tempat layanan untuk para caleg yang mengalami depresi karena mengandalkan berobat di paranormal kurang puas dengan pelayanannya. Sementara itu pemilik Padepokan Al-Busthomi, ustaz Ujang Busthomi mengaku, para caleg gagal yang mengalami depresi sudah mulai berdatangan. Mereka butuh pengobatan untuk mengembalikan kesehatan jiwanya setelah kalah dalam Pemilihan Legislatif 2014. 5.Banyak caleg stres karena modalnya pas-pasan.

Usai Pileg 2014, KH Abah Anom, pengasuh Pondok Pesantren Al Jauhariyah di Balerante, Palimanan, Cirebon, Jawa Barat, juga mengaku kini kebanjiran tamu caleg gagal atau keluarganya. Kedatangan caleg gagal itu bermaksud meminta wejangan dari keturunan Sunan Gunung Jati ini agar tidak stres karena kalah dalam pertarungan pileg. Meski hasil resmi dari KPU belum turun, mereka sudah mendapat informasi jika gagal jadi anggota legislatif.

Menurut Abah, para caleg tersebut tidak bisa menerima kenyataan mereka kalah. Hal ini karena mereka sudah mengeluarkan uang banyak demi menjadi anggota dewan. "Yang stres itu biasanya yang duitnya pas-pasan. Dia modalnya dengan jual rumah, tanah atau mobil. Sudah habis banyak tetapi tidak jadi anggota, stres akhirnya," ujar Abah Anom kepada merdeka.com, Jumat (11/4).

Abah Anom menyayangkan para caleg yang menghalalkan segala cara demi menjadi seorang anggota dewan termasuk melakukan politik uang. Menurut Abah, sebagian besar caleg gagal yang datang ke tempat banyak menghabiskan duit untuk nyogok warga.

"Ada yang ngasih Rp 15 ribu, Rp 20 bahkan sampai Rp 50 ribu. Padahal seharusnya jangan pakai money politics seperti itu. Nanti pun kalau terpilih jadinya ya korupsi," ujar Abah Ano menasihati. (Merdekacom)
PEMILU LEGISLATIF 2014 menyisakan kisah tragis bagi beberapa calon yang tidak lolos karena perolehan suaranya jeblok. Pengorbanannya sia-sia karena mereka gagal duduk di kursi DPR, DPRD Provinsi maupun Kota dan Kabupaten. Berikut kisah-kisah tragis para caleg gagal pada Pileg 2014.

1. Suara anak jeblok, ayah caleg ngamuk aniaya orang Ayah calon anggota legislatif (caleg) di Kabupaten Serang, Banten, mengamuk karena perolehan suara anak tidak memenuhi harapan. Emosi RH tak terkendali sehingga memukuli warga dan memblokir jalan akses kampung.

RH mengamuk dan memblokir Jalan Sumerang, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Banten. Penutupan jalan menuju akses Jalan Raya Anyer dilakukan menggunakan batu dan menyebabkan dua kampung terisolir yakni kampung Sumerang dan Kampung Pematang Warung.

"Ini masih diblokir, warga juga pada kumpul. Penyebabnya gara- gara anaknya yang nyaleg dari Partai Demokrat tidak mendapat suara yang diinginkan, dan merasa enggak didukung sama masyarakat di sini," ujar Edi Marwoto salah seorang warga, Jumat (11/4).

Tidak hanya itu, RH juga menganiaya dua orang warga yakni Nia Kuswati dan Nia Amut. Keduanya mengalami luka. Korban langsung melakukan visum dan melaporkan kejadian yang menimpa dirinya ke pihak kepolisian.

2. Caleg gagal di Cirebon stres tak bisa berobat ke RSUD Keluarga calon legislatif (caleg) yang gagal dalam Pemilu 2014 mengaku kesulitan mencari tempat untuk berobat karena Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gunung Jati Cirebon tidak menyediakan ruang inap dan berobat jalan.

"Kesulitan membawa keluarga yang depresi setelah gagal pemilihan legislatif, karena rumah sakit terdekat tidak menyediakan tempat untuk pengobatan mereka," kata Wahyu salah seorang keluarga caleg gagal di Pemilu 2014.

Wahyu menjelaskan, mestinya RSUD Gunung Jati Cirebon menyediakan tempat layanan caleg depresi, karena jika mereka harus berobat ke Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung butuh biaya tinggi, selain itu jaraknya cukup jauh.

3. Caleg gagal di Ambon demo keliling desa Kisah tragis caleg gagal lainnya ada di Maluku. Seorang calon anggota legislatif bersama sejumlah pendukungnya melakukan aksi demonstrasi ke beberapa desa di Kecamatan Waeapo, Kabupaten Buru, Maluku, setelah tidak mendapat dukungan suara dari masyarakat setempat.

"Caleg asal salah satu parpol terbesar berinisial BB itu melakukan aksi demo bersama sejumlah pendukungnya di dataran Waeapo karena merasa tidak puas dengan perolehan suara pileg kemarin," kata warga setempat, Baim Wael, seperti yang dikutip dari Antara, Jumat, (11/4).

Mereka melakukan demonstrasi dengan cara berorasi sambil mengelilingi beberapa lokasi permukiman penduduk di unit 17 dan 18 serta beberapa desa lainnya di dataran Waeapo.

Menurut Baim, caleg tersebut masuk Daerah Pemilihan (Dapil) II Kecamatan Waepo dan sangat berkeinginan menjadi anggota DPRD Kabupaten Buru untuk periode lima tahun mendatang. Sayangnya warga di dapil tersebut tidak memberikan dukungan suara mengakibatkan yang bersangkutan merasa dikhianati dan tidak puas sampai melakukan aksi demonstrasi.

Caleg berinisial BB ini merupakan putera Hinolong Baman, seorang warga Buru yang selama ini dikenal menjual karcis masuk ilegal ke lokasi penambangan emas di Gunung Botak dan sekitarnya.

4. Caleg gagal di Cirebon berobat ke paranormal Karena RSUD Gunung Jati Cirebon tidak menyediakan ruang rawat inap dan berobat jalan bagi caleg stres, maka keluarga membawa ke paranormal. Seperti dilakukan Wahyu dan Ahmad, salah satu keluarga caleg gagal Pemilu 2014.

Wahyu mengatakan, keluarga terpaksa mengobati caleg gagal itu dengan mendatangi paranormal. Cara itu hanya untuk menenangkan meski keluarga repot menjaga caleg gagal tersebut.

Ahmad, keluarga caleg gagal lainnya mengimbuhkan, butuh tempat layanan untuk para caleg yang mengalami depresi karena mengandalkan berobat di paranormal kurang puas dengan pelayanannya. Sementara itu pemilik Padepokan Al-Busthomi, ustaz Ujang Busthomi mengaku, para caleg gagal yang mengalami depresi sudah mulai berdatangan. Mereka butuh pengobatan untuk mengembalikan kesehatan jiwanya setelah kalah dalam Pemilihan Legislatif 2014. 5.Banyak caleg stres karena modalnya pas-pasan.

Usai Pileg 2014, KH Abah Anom, pengasuh Pondok Pesantren Al Jauhariyah di Balerante, Palimanan, Cirebon, Jawa Barat, juga mengaku kini kebanjiran tamu caleg gagal atau keluarganya. Kedatangan caleg gagal itu bermaksud meminta wejangan dari keturunan Sunan Gunung Jati ini agar tidak stres karena kalah dalam pertarungan pileg. Meski hasil resmi dari KPU belum turun, mereka sudah mendapat informasi jika gagal jadi anggota legislatif.

Menurut Abah, para caleg tersebut tidak bisa menerima kenyataan mereka kalah. Hal ini karena mereka sudah mengeluarkan uang banyak demi menjadi anggota dewan. "Yang stres itu biasanya yang duitnya pas-pasan. Dia modalnya dengan jual rumah, tanah atau mobil. Sudah habis banyak tetapi tidak jadi anggota, stres akhirnya," ujar Abah Anom kepada merdeka.com, Jumat (11/4).

Abah Anom menyayangkan para caleg yang menghalalkan segala cara demi menjadi seorang anggota dewan termasuk melakukan politik uang. Menurut Abah, sebagian besar caleg gagal yang datang ke tempat banyak menghabiskan duit untuk nyogok warga.

"Ada yang ngasih Rp 15 ribu, Rp 20 bahkan sampai Rp 50 ribu. Padahal seharusnya jangan pakai money politics seperti itu. Nanti pun kalau terpilih jadinya ya korupsi," ujar Abah Ano menasihati. (Merdeka.com)

DAFTAR BLOG TER-UPDATE