"Bara api yang terlihat secara visual saat itu bukan lava pijar. Bara itu semburan gas yang dalam suhu tinggi juga berpijar," ujar Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG Yogyakarta Dra Sri Sumarti.
BPPTKG belum bisa memastikan apakah hembusan pada Minggu pagi dipicu oleh gempa tektonik yang terjadi sebelumnya. Pada Jumat (18/04/2014) malam terjadi gempa 5,6 Skala Richter (SR) yang berpusat 151 km barat daya Gunungkidul. BPPTKG juga mencatat gempa tektonik empat kali pada Sabtu (19/04/2014) dari pukul 08.00 hingga 20.00 WIB.
"Belum itu (gempa tektonik) itu sebagai pemicu, hanya secara data kronologis kejadiannya memang seperti itu. Bisa jadi gempa mempercepat pelepasan gas, tapi masih melakukan evaluasi," jelasnya.
Sri menegaskan status Merapi tetap 'Normal', karena setelah kejadian hembusan itu tidak diikuti adanya aktivitas kegempaan lain. "Hembusan asap itu fenomena yang biasa terjadi pascaerupsi Merapi 2010. Hembusan pada Minggu pagi juga hanya single event (kejadian tunggal), tidak disusul aktivitas kegempaan lain," tandasnya. (Bro/krjogja)