Kisah Nyata Kakek penjual Mie Pangsit di Stasiun Kota Baru Malang
" Saya berdomisili di Kota Malang, pernah bertemu Kakek-kakek yang berjualan Mie Pangsit dan Es Degan. Beliau berjualan di Sekitar Stasiun Kota Baru, Malang.
Saya melihatnya saat siang hari, lalu saat Maghrib (sore hari) Saya ke Stasiun lagi untuk menjemput salah satu rekan, Saya melihat beliau masih berjualan, duduk di Trotoar dengan posisi menahan-nahan kantuknya, dan sepertinya dagangan beliau kurang laris.
Akhirnya sambil menunggu rekan, Saya membeli jualan Kakek itu, Pangsitnya Saya beli 10 bungkus, dan rencana Degannya Saya borong semua. Ternyata beliau berkata "degane wes akeh sing basi dek, kesuwen ga laku-laku" (Kelapa Mudanya sudah banyak yang basi nak, kelamaan tidak laku-laku).
Lalu beliau berkata "Kalo sampeyan tumbas sedoyo mergo mesakno ten kulo. Kulo mboten ikhlas dek. Mangke lintune mboten keduman" (Kalo anda beli semua gara-gara kasihan sama saya, saya tidak ikhlas dek, nanti yang lain tidak kebagian).
Spontan Saya melinangkan Air Mata."
Pesan :
1. Bahasa kalimat kami ralat dengan tidak mengurangi makna cerita kejadian.
2. Pelajaran yang bisa dipetik adalah figur Ayah yang baik dan menjadi teladan. Betapa mulia dan terhormatnya Bapak ini, jauh lebih lebih punya Kehormatan dibandingkan mengemis, apalagi para pencuri dan penyadap saripati kesejahteraan Rakyat yang katanya berpendidikan.
3. Untuk anda yang kerap melewati Stasiun Kota Baru Malang, sekitar Tugu Buto, diharapkan sempat untuk membeli dagangan beliau. Bapak ini juga kerap berjualan di Pasar Loak Kota Lama.
**Ambil sisi positif dari artikel ini. Semoga bermanfaat, terimakasih.